Nama saya Ahmad Musaddad Husain. Kawan-kawan umum memanggil saya 1) Musaddad 2) musa 3) bang sadd (harus spasi). Saya lahir dari keluarga yang menjunjung tinggi dan berupaya menjadikan agama sebagai suluh. Anak pertama dari empat bersaudara. Lahir dan mulai mengenal Agama dan kebudayaan masyarakat di kaki Pegunungan Kendeng Pati Jawa Tengah. Ayah saya adalah orang yang sederhana, berasal dari keluarga petani yang sangat peduli tentang kemanusiaan. Di sisi lain, ibu saya berasal dari keluarga pesantren di sekitar gunung gentong growah Pujon Malang. Yang dulunya merupakan tempat banyak pengembara dari berbagai pelosok negeri, khususunya Jawa. Menempa khazanah Islam klasik (ihya al-turas al-qadim) dan mempelajari moral-moral luhur dalam suasana kehidupan pesantren. Keseharian kedua orang tua saya kebanyakan berkutat pada tiga hal 1. Bertani& berdagang 2. Mengajar keagamaan bibit- bibit bangsa 3. Majelis taklim dan kegiatan sosial.
Sewaktu kecil hingga saya baligh, orang tua saya tak pernah kompromi untuk urusan ketuhanan, rasa sosial dan uang saku(pendidikan). Untuk urusan ngaji misalnya, kami selalu diwajibkan ngaji di musholla sehabis sholat magrib sampai isya. Tidak urusan meskipun ada acara bola sekaliber piala dunia pun, kedua orang tua saya tak bergeming. Namun memang untuk urusan beli buku dan membantu sesama, mereka selalu support habis-habisan sampai terkadang saya merasa kurang klop ketika untuk urusan buku selalu saja longgar, namun untuk uang saku selalu saja mepet. Hingga akhirnnya sebelum saya hijrah ke pesantren saya sedikit menangkap apa yang sebetulnya diupayakan orang tua saya. Dalam wejangannya sebelum saya hijrah. “Sebagai manusia harus benar-benar menjadi khalifah fil ardl yang benar-benar bisa dibanggakan.”
Setamat saya dari Sekolah Dasar Kedalingan 02 tahun 2004. Saya mengembara di Pesantren Raudlatul Ulum Guyangan Trangkil Pati selama 7 tahun. Disini saya mulai mengenal berbagai karakter manusia dengan berbagai latar belakang yang beragam. Disini rasa sosial, cara berorganisasi,bagaimana beretika ,hingga menulis pun ditempa. Dipaksa belajar memahami kehidupan dalam arti sempit. Kehidupan pesantren. Disini pulalah saya diajari mengenal moral-moral luhur yang terbungkus dalam sajian khazanah Islam klasik (ihya al-turas al-qadim). Umumnya orang lebih mengenalnya dengan kitab kuning. Tak ketinggalan diajarkan pula tentang ilmu-ilmu sosial ,ilmu-ilmu eksakta. Meski pada akhirnya saya lebih memilih tertarik untuk menekuni ilmu sosial. Dan tanpa saya sadari hal itulah yang membawa saya kembali berkutat dengan dunia pesantren.
Tahun 2011 saya terjerumus di akuntansi Universitas Islam Indonesia. Di universitas ini, saya mulai menyibukkan diri dengan mengikuti berbagai organisasi internal kampus, eksternal dan Study club, Tak lupa Pondok pesantren UII sebagai tempat saya tinggal dan bertukar pikiran. Di asrama unggulan ini, saya bertemu dengan orang-orang yang luarbiasa dari berbagai pelosok Nusantara. Banyak hal yang menginspirasi, hingga membuat saya bertambah yakin untuk mewujudkan wejangan yag telah disampaikan orang tua saya. “Sebagai manusia harus benar-benar menjadi khalifah fil ardl yang benar-benar bisa dibanggakan.” Dan jalan untuk melakukan hal tersebut salah satunya adalah dengan menulis. Menulis di media blog perihal tantangan ekonomi, sosial ,budaya, dan agama kedepan. Namun hal ini akan sungguh-sungguh berarti jika kisanak dan nisanak berkenan memberikan komentar, kritik maupun saran yang terselib dari setiap tulisan yang saya tulis. Trimakasih.
keren lah ente dad
BalasHapusbang-sadd keren, 1,5 jempol deh :P
BalasHapus